FAKTOR PENYEBAB PENCEMARAN BENGAWAN SOLO

FAKTOR PENYEBAB PENCEMARAN BENGAWAN SOLO

Oleh :AnnisaKurniati

           Sungai bengawan solo adalah sungai terpanjang di pulau Jawa. Panjang sungai bengawan solo 548,53km. Sungai ini melintasi dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah administrasi hulu Wonogiri, Boyolali, Karanganyar, Sragen, Klaten, Ponorogo. Daerah administrasi tengah meliputi Sukoharjo, Solo, Ngawi, Magetan, Madiun, Blora, Cepu. Daerah administrasi hilir meliputi Bojonegoro, Lamongan, Tuban, Gresik, Dulu sungai ini dijadikan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat. Air sungai bengawan solo digunakan untuk minum, mandi, serta menyirami tanaman, khususnya sayuran yang ditanam tidak jauh dari tepi sungai. Bukan hanya itu, air sungai dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber irigasi yang dialirkan ke sawah-sawah mereka.

Keindahan sungai bengawan solo dapat terbayang apabila kita membaca sebuah penggalan cerita yang tertulis di BBC Indonesia.com "Waktu saya muda, orang-orang di Solo duduk-duduk di pinggir sungai, mandi, bermain-main, atau mancing. Namun sekarang tidak lagi. Banyak ikan mati, karena sungai tercemar, bau." kata Gesang pencipta lagu Bengawan  Solo. Tapi sayang, ini semua hanya cerita masa lalu dari kakek dan nenek kita, karena apa yang kita saksikan sekarang adalah sebuah tolak belakang dari masa lalu.

                               I.            Kondisi Bengawan Solo

Pencemaran lingkungan adalah suatu dampak dari semakin bertambahnya jumlah penduduk tetapi kesadaran masyarakat dan kepedulian masyarakat yang sangat minim, sehingga secara sadar atau tidak mereka merusak lingkungan alam mereka sendiri. Bukan hanya itu, terkadang dengan alasan untuk memperoleh suatu manfaat yang lebih sehingga sebagian oknum tega mengotori lingkungan hidupnya demi kepentingan sendiri. pencemaran yang sangat mempengaruhi lingkungan kita saat ini adalah pencemaran air yaitu pencemaran yang terjadi pada sungai bengawan solo.

Air sungai yang berwarna coklat kehitam-hitaman, bahkan hitam dan bau menyengat adalah pemandangan yang akan kita jumpai apabila berkunjung ke sungai benganwan solo, khususnya di daerah sukoharjo sampai sragen.Sungai bengawan solo didaerah ini melintasi kawasan pemukiman padat, dan di daerah ini juga kita dapat melihat kanan dan kiri sungai adalah industri  batik, garmen,dan bahan pewarna. Bukan hanya itu bengawan solo juga di jadikan sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga, mulai dari plastik, botol bekas, sampai limbah rumah tangga.

Keadaan diatasadalah bukti bahwa air sungai bengawan solo sudah tidak layak digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Sebagaimana yang tertulis di solopos.com tanggal 22 10 2014 bahwaAgus Sriyanto mengatakan kondisi ini terjadi sudah beberapa tahun dan jika dibiarkan secara terus menerus akan berakibat pada krisis air bersih.“Hampir 80% penyumbang pencemaran terbesar berasal dari limbah domestik yang berasal dari limbah rumah tangga dan limbah industri kecil. Sedangkan 20% lainnya disumbang dari pencemaran limbah perusahaan industri berskala besar.” kata Agus.

Sungguh ironis sungai bengawan solo yang sejatinya dapat menjadi sumber air bersih. Namun, dewasa ini bengawan solo menjadi tempat pembuangan limbah industri dan tempat pembuangan sampah. Oleh sebab itu, kita akan sulit mendapatkan ekosistem yang masih sempurna pada sungai ini, karena ikan-ikan dan ganggang ataupun tumbuhan yang hidup di sungai begawan solo sudah banyak yang mati akiba tterkontaminasi limbah sungai. Sawah-sawah yang dialiri dari irigasi bengawan solo juga tidak dapat menghasilkan hasil panen yang maksimal, sebagaimana sebelum air sungai bengawan solo tercemar.

                            II.            Penambang Pasir Liar

Permasalahan bengawan solo bukan hanya masalah pencemaran air sungai bengawan solo saja, tetapi ada satu permasalahan yang tidak kalah penting yaitu masalah penambangan pasir liar. Para penambang pasir tersebar di daerah yang manjadi timbunan pasir bengawan solo. Secara garis besar penambang pasir menggunakan dua cara, yaitu penambang dengan cara tradisional dan penambang yang menggunakan mesin.

Penambang pasir dengan cara tradisional ialah mereka yang mengumpulkan pasir dengan cara tanpa menggunakan mesin. Mereka menggunakan sampan untuk mengumpulkan pasir dari tengah sungai, kemudian pasir yang telah mereka kumpulkan disampan, mereka bawa kedaratan, dan ditampung selama beberapa hari sebelum dijual. Walaupun hasil yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan usaha mereka, tetapi mereka tetap melakukan itu karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Penambang pasir dengan menggunakan mesin ialah mereka yang menggunakan alat yaitu mesin untuk menyedot pasir yang bercampur air sehingga kerja mereka menjadi lebih mudah dibandingkan dengan cara yang pertama. Cara ini juga akan menghasilkan pasir yang lebih banyak dengan waktu yang lebih cepat. Biasanya cara ini dilakukan oleh beberapa orang, dan mereka hanya sebagai pekerja saja. Adapun pemiliknya hanya mengawasi mereka.

Para penambang pasir tradisional ataupun dengan mesin, keduanya memiliki dampak negatif bagi sungai bengawan solo. Para penambang dengan cara tradisional meskipun mereka tidak terlalu banyak mengambil pasir setiap harinya, tetapi apabila kegiatan ini dilakukan terus menerus akan memberikan dampak negatif. Sedangkan cara kedua akan lebih cepat memberikan dampak negatif.

Para penambang pasir sepertinya kurang menyadari dampak negatif dari perbuatan mereka, karena hal ini akan berdampak besar bagi lingkungan. Pasir merupakan salah satu material yang terbawa arus air sungai. Apabila pasir dari sungai ini terus diambil, akibatnya dapat kita rasakan sekarang yaitu banyak daerah bantaran sungai yang terus terkikis oleh air, dan rawan terjadi longsor di daerah bantaran sungai khususnya bantaran sungai yang tidak dibuat tanggul.

                         III.            Dampak Yang Akan Terjadi

Kondisi bengawan solo akan lebih parah lagi apabila musim hujan tiba, air bengawan solo meluap hingga terjadi banjir. Warna air yang keruh bercampur dengan sampah yang terbawa air dan bau tidak sedap adalah konsekuensi dari apa yang telah dilakukan oleh manusia pada sungai bengawan solo. Banjir akan membawa banyak dampak negatif bagi masyarakat dari penyakit gatal-gataldi kulit, gagal panen akibat padi terendam air, diare, kekurangan persediaan air bersih, hingga kematian. Sungguh, ini kisah sedih dari deretan kisah orang-orang yang tinggal di sekitar bengawan solo.

                         IV.            Saling Menyalahkan Ketika Terjadi Dampaknya Dan Hal Yang seharusnya Kita Lakukan

Apabila terjadi kondisi seperti yang telah disebutkan diatas, maka akan banyak orang saling menyalahkan. Masyarakat menyalahkan perusahaan-perusahaan yang membuang limbah industri disungai. Begitu juga masyarakat lain menyalahkan pemerintah yang kurang tegas memberi sangsi kepada perusahaan yang membuang limbah industri di sungai.Sedangkan pemerintah dan pemilik perusahaan menganggap itu akibat perilaku masyarakat yang suka membuang sampah rumah tangga ke sungai.

Kita sulit sekali mengetahui secara pasti siapa yang harus bertanggung jawab atas semua kejadian ini. Karena pada hakikatnya semua merasa bahwa dirinya benar dan berusaha mempertahankan. Permasalahan ini tidak akan ada ujungnya jika semua hanya saling menyalahkan tapi tidak ada yang berusaha menyelesaikan. Sebagai masyarakat seharusnya kita lebih bijak dalam mengambil tindakan. Tidak sepantasnya masyarakat membuang sampah rumah tangga di sungai karena akan mengakibatkan menumpukknya sampah di sungai. Perlu ada kerja sama antara masyarakat dan pemerintah untuk membersihkan sungai dan pemerintah sebaiknya menyediakan tempat sampah dan lahan khusus untuk tempat pembuangan akhir sampah yang memadai.

Perusahaan-perusahaan yang ada seharusnya tidak membuang limbah industri ke sungai karena itu akan menyebabkan sungai menjadi tercemar, setiap perusahaan seharusnya mempunyai alat untuk mengolah limbah dan tempat pembuangan limbah sendiri, dan jangan sampai limbah itu mengotori lingkungan. Pemerintah seharusnya memberi sangsi yang tegas kepada perusahaan yang tetap membuang limbah di sungai.

Hari ini mungkin jarang media yang membicarakan masalah pencemaran bengawan solo, tapi seharusnya kita sadar ada bahaya yang sedang kita hadapi dan generasi setelah kita apabila kita membiarkan pencemaran ini terus berlangsung. Krisis air bersih yang akan mengakibatkan sawah-sawah petani gagal panen adalah salah satu dampak dari pencemaran ini. Apabila musim hujan datang maka masyarakat harus bersiap-siap menghadapi banjir. Banjir bukan hanya akan terjadi krisis air bersih namun ancaman berbagai macam penyakit hingga kematiaan ada dihadapankita. 

Tanah longsor juga menjadi ancaman bagi masyarakat yang berada dekat dengan bibir sungai. Sewaktu-waktu saat musim hujan tanah akan terbawa arus lebih banyak maka kemungkinan terjadi longsor lebih besar. Berhati-hati dan tetap waspada akan adanya banjir atau tanah longsor adalah sikap yang harus dimiliki masyarakat.

Saat ini bengawan solo telah tercemar, dari daerah hulu hingga daerah hilir memiliki tingkat yang berbeda-beda. Mungkinkah kita akan terus menambah faktor-faktor yang membuat bengawan solo bertambah tercemar?  Kita seharusnya menyadari bahwa bengawan solo adalah sungai yang harus kita jaga karena lingkungan kita akan sangat mempengaruhi kesehatan kita, dan kelanjutan generasi setelah kita.