JANGAN BIARKAN
“BULLYING” DI SEKITAR KITA
Oleh : Ibnu El-Qomaru
Bully adalah adanya ancaman dari
seorang yang merasa dirinya kuat terhadap seseorang yang dianggap lebih dariya
sehingga menimbulkan gangguan psikis. Bully juga dapat diartikan tindakan
kekerasan senior pada junior atau kakak kelas pada adik kelas.
Bentuk-bentuk tindakan bully terbagi
menjadi 3, yaitu :
- Bentuk verbal biasanya dengan perkataan kasar, menghina, membentak, kata-kata atau tulisan yang menyindir, memanggil dengan julukan nama yang jelek seperti “hey, anak pincang!”.
- Bentuk fisik diantaranya menendang, mencubit, meludah, memolototi, memukul, mengambil atau merusak barang orang lain, berkelahi dan tindakan ancaman bahaya fisik untuk memaksa korban bully melakukan sesuatu dan harus sesuai dengan keinginan pem-bully.
- Bentuk psikis, dalam bentuk ini biasanya pem-bully melakukan sesuatu yang membuat korbannya semakin lemah dan ketakutan. Diantaranya menyebaran gossip, mengancam, mengintimidasi, mengucilkan, mengisolasi korban dan menghancurkan reputasi korban bahkan harga dirinya.
Tindakan ini umumnya dilakukan anak-anak sekolah. Usia sekolah baik
SD maupun perkuliahan bullying rentan terjadi. Pelakuya bisa sesama teman,
kakak kelas dengan adik kelas atau senior pada juniornya. Bullying juga bisa
terjadi dilingkungan masyarakat. Pelakunya antara geng satu dengan geng
lainnya, kakak dengan adik, bahkan orang tua dengan anak.
Bullying sudah lama terjadi
dilingkungan sekitar kita, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pem-bully
melakukan tindakannya dimana saja semau yang diinginkan sehingga dirinya merasa
puas. Terjadi ketika masih jam sekolah maupun diluar jam sekolah. Tempat yang
sepi dari pegawasan orang tua, guru atau orang dewasa lainnya, toilet sekolah, lorong,
pekarangan sekolah, lapangan, kelas, tempat bermain, tempat parkir, tempat
menunggu angkutan umum bahkan di mobil jemputan.
Yang terlibat dalam bully diantaranya
pelaku, korban dan saksi. Sedangkan orang tua atau orang dewasa lainnya sebaga
peran penengah diantara yang terlibat didalamnya termasuk jika anda sebagai
seorang pendidik.
- Pelaku
Melakukan perbuatan bully tidak hanya untuk mendapat kepuasan diri
saja. Mereka sebenarnya memendam kekerasan berat juga iri pada korban
bully-nya. Sehingga mereka melakukan tindakan yang salah ini pada temannya yang
lemah sebagai landasan rasa dendamnya. Padahal jiwa mereka pun sama lemahnya.
Pelaku bully memiliki sifat berani dan agresif. Mereka tidak meninggalkan sikap
negatifnya didepan orang tuanya.
Karena tindakannya sering mengganggu anak ain yang lemah makanya ia
sulit berteman dan sulit adaptasi karena ia terbiasa mengontrol orang lain.
Kebisaan pelaku mem-bully sejak kecil ia akan mudah melakukan kriminal dan
rentan kasus saat dewasa.
- Korban
Ciri yang paling menonjol yaitu lemah dan cenderung memiliki harga
diri rendah. Korban biasanya lemah karena tekanan dari pelaku yang
terus-menerus mengusik. Ia cenderung murung, menyendiri, cengeng, minder,
terpojokan, terkucilkan dan down menta. Korban takut dicap penakut, tukang
ngadu, bahkan disalahkan. Oleh karena itu, ia merasa benci pada dirinya sendiri
yang tidak mampu melakukakn perlawanan atau mempertahankan diri. Maka ia akan
depresi bahkan memutuskan untuk bunuh diri. Dengan tekanan yang semakin
mengusik, korban akan menyimpan dendam untuk melakukan bully pada teman
lainnya. Karena tak jarang korban bully akan menjadi pelaku suatu saat sebagai
balas dendamnya terhadap tindakan yang pernah dialaminya.
- Saksi
Saksi pun mengalami tekanan psikis, karena ia terancam dan
ketakutan akan menjadi korban bully selanjutnya. Sehingga mengalami prestasi
yang rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal
ini, diantaranya : kurang perhatian, ingin mendapat perhatian dan terkenal
(ngetop) bahwa dirinya hebat, keinginan mempertahankan diri/meningkatkan
kekuasaan, pencarian identitas remaja, adegan kekerasan dari media atau sering
melihat orang tua berkelahi, tidak harmonisnya keluarga, pola asuh serba boleh
dan sedikit memberi peraturan.
Sebagai orang tua/guru/ orang dewasa
lainnya dapat memahami anak yang sedang masa ujian perilaku, jangan pernah
menyalahkan anak dan mencapnya, jangan biarkan anak menyalahkan si korban namun
bantu ia bagaimana kalau dirinya menjadi korban, mengajari keterampilan
bersosialisasi, jika masih berlanjut dapat menghubungi konsultan. Anak sekolah
pun seharusnya jangan mau menerima bully, tetap ramah dan bersikap baik
terhadap korban maupun pelaku dan lakukan diskusi tentang bully.
Marilah kita hilangkan budaya bully
ini dari lingkungan rumah kita dahulu kemudian lingkungan sekolah. Dengan tidak
menjadikan diri menjadi korban maupun pelaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar