Created by : Bintu Faisal - Sukoharjo, Jawa Tengah
Sewaktu sekolah ditingkat menengah pertama, aku aktif di organisasi
sekolah dan kegiatan ekstrakulikuler setiap
hari. Yang membuatku sibuk hingga terkadang telat pulang kerumah. Berangkat
pagi, pulang petang. Dan membuat Ayah
marah padaku setiap hari.
Ayah, masih
ingatkah ketika puncak marahnya Ayah saat itu, engkau berpesan: “kamu gak boleh
pacaran selama sekolah. Kalau kamu pacaran, kamu gak boleh lagi sekolah.”
Dan Ayah bilang: “lebih baik menikah saja dari pada
kamu pacaran!”
Ayah, saat itu
juga aku takut tidak bisa lanjut sekolah karena pacaran. Aku sangat menjaga
pesan Ayah selama sekolah. Aku sangat menjaga pergaulanku di sekolah. Sehingga
aku menyeratakan semua teman itu sama,
baik kaya maupun miskin, laki-laki maupun perempuan, pintar maupun biasa-biasa
saja. Karena ketakutanku akan hal pacaran, ketika berteman dengan laki-laki aku lakukan seperlunya saja, jika ada yang macam-macam aku langsung berontak. Pernah suatu
hari, saat maraknya hp dikalanganku.
Ada seorang teman laki-laki yang meminta no hpku lewat teman sekelasku. Telingaku panas mendengar hal itu.
Sepulang dari sekolah, aku langsung cegat temanku tadi. Dan ku-marahi dia
habis-habisan. “heh! Ngapain kamu tanya-tanya no hp? gak usah
macam-macam!” Itulah yang menjadikan karakterku keras, hingga aku dijuluki cewek
tomboy. Namun, itulah senjata diriku Ayah, hingga tak pernah ada lelaki berani
berbuat macam-macam padaku. Dan inilah hal kebanggaan bagiku, masa remaja
kulalui tanpa pacaran, walau harus menyetarakan kesetaraan dalam berteman. Dan
tak bisa juga dipungkiri, vmj hampir
menyerangku. Karena itulah usia remaja yang sedang
puber, Ayah. Namun kuhalangi itu akan pesan Ayah.
Ayah, aku tahu
hal ini yang terbaik bagiku setelah aku pahami agama dengan benar. Aku harus
berbakti padamu selagi itu benar. Hingga harapan belajar dijenjang kuliah pun
aku lakukan tanpa menyelisihi nasehatmu. Ayah, selama usiaku masih cukup untuk belajar
dan berbakti padamu dan ibu. Aku akan lakukan hal itu.
Ayah, aku
tahu. Batas baktiku padamu sampai aku dapat pemimpin dalam hidupku. Maka
setelah itu, berakhir sudah tanggung jawabmu atasku. Aku sedih ayah, jika kau begitu cepat melepaskanku. Disaat aku masih belum menyempurnakan
baktiku padamu. Apa ayah rela melepasku? Padahal aku masih begitu buruk di mata
ayah, belum menjadi yang baik dan terbaik. Dan kau serahkan aku begitu saja?
Apa ayah rela? Ayah, aku masih ingin bersama
ayah dan ibu. Aku ingin cita-cita, harapan dan impian untuk berbakti padamu
tercapai semua, di sisa akhir usia taatku padamu.
Aku tahu, ayah
pernah kehilangan satu permata cantik dambaan ayah. Dan permata itu sudah
menjadi tabungan ayah kelak, insyaallah. Dan kini, permata ayah
tinggallah aku. Setelah kau lepas aku. Maka ayah sudah tak punya permata lagi
di dunia. Dan ketika itu, aku tahu kalau ayah akan sedih melepasnya. Oleh
karenanya ayah, aku tak ingin kau melepasku dengan kesedihanmu. Namun, aku ingin
kau melepasku dengan penuh kecintaan dan keridhoanmu.
Suatu saat nanti ayah akan menjual permatamu dengan harga yang
mahal. Maka sekarang ayah sedang memolesnya dengan ketulusan cinta dan akhlak
mulia. Agar ia indah nan jelita. Ayah juga sudah banyak persaingan dalam
perdagangan itu. Apalagi ketika teman baik ayah sudah
memesankannya untuk putra mahkotanya. Namun, engkau hebat ayah. Engkau bisa
menyanggah pemesanan itu dengan baik. Karena engkau masih memolesnya agar
sempurna.
Aku tak
menyangka teman baik ayah menginginkan permata yang hanya satu-satunya kau
miliki, untuk putra mahkotanya. Ayah harus
tahu, itu menunjukkan kalau teman ayah sudah tahu bahwa permata ayah itu
sangatlah mahal. Maka ia akan memesan lebih dulu dari yang lainnya.
Ayah, aku
tahu. Anak teman ayah itu teman kecilku dulu kan ayah? Namun jarak yang
menjauhkanku dengannya hingga aku tak mengenalinya lagi. Ia lebih tua dari
umurku kan ayah? Namun, ia teman main sewaktu aku masih kecil. Ketika aku
menemani pergi ke halaqahnya ayah dan ibu. Teman-teman ayah pun membawa
anaknya. Dan aku bermain dengan anak-anak teman ayah. Namun, umurku tak sebaya dengan mereka, aku paling bungsu diantara anak
lainnya.
Ayah, aku
takut engkau melepasku dari pangkuanmu sebelum waktu yang matang dan tepat. Aku
takut tak berbakti padamu, karena tak menuruti apa katamu lagi. Aku takut dapat
mengecewakanmu dan tak dapat melakukan yang terbaik untuk ayah.
Ingatlah ayah,
permatamu tak akan salah tangan oleh kehendak Allah. Serahkan semua
pada-Nya. Jika memang anak teman ayah
adalah tangan yang baik untuk menggantikan ayah. Maka
semua akan terjadi sesuai jalan takdir-Nya.
Ingat ayah, aku masih ingin bersua bersamamu. Jangan kau lepas aku, ketika kau
marah. Jangan kau tinggakanku, setelah kau sedih. Jangan kau biarkan aku dalam
diam-mu. Namun, lepaslah aku dengan
jabat tangan kuat, yang tangguhannya dapat menggetarkan ketika masa itu tepat
bagiku dan bagimu. Dengan kecintaan dan keridhaan engkau akan melepaskanku,
bukan dengan tangisan yang terpaksa namun dengan kebahagiaan dan senyuman yang
saling merelakan. Karena menghadapi itu semua perlu bekal yang mantap. Dan aku
khawatir bekalku tak cukup bahkan kehabisan di tengah perjalanan. Karena
perjalanan itu seumur hidup setelah kau melepasku, karenanya aku ingin mempersiapkan bekalnya dan menjadi yang berharga bagi Ayah.
Aku sayang ayah. Terimakasih ayah.J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar