Mencintai
Kebaikan Bagi Orang Lain
Oleh : Ibnu El-Qomaru
عَنْ
أَبِي حَمْزَةَ أَنَسْ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِه[رواه البخاري ومسلم]
“Diriwayatkan
dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pelayan Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam bahwasannya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Salah
seorang dari kalian tidaklah beriman (secara sempurna) sehingga dia mencintai kebaikan
untuk saudaranya, sebagaimana dia mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri”. (HR. Bukhari
dan Muslim)
Cinta dan sayang
memang hal yang manusiawi pada manusia. Allah menganugerahi perasaan cinta pada
setiap insan. Bahkan Allah juga menurunkan aturan berkaitan dengan cinta.
Rasulullah
menjelaskan bahwa salah satu dari ciri kesempurnaan iman seseorang adalah dia
memberikan porsi kecintaan terhadap saudaranya seiman melebihi cintanya pada
dirinya. Maksud hadits diatas adalah dia mencntai kebaikan bagi saudaranya
berupa bentuk-bentuk ketaatan dan hal-hal yang mubah.
Seorang mukmin
merasa senang dan gembira bila saudaranya seiman merasakan hal yang sama dengan
yang dia rasakan. Begitu juga, dia ingin agar saudaranya itu mendapatkan
kebaikan seperti yang dianugerahkan kepadanya. Hal ini bisa terealisasi
manakala dada seorang mukmin secara sempurna terselamatkan dari penyakit dengki
dan hasad (iri).
Hendaklah
seorang mukmin mencintai kaum mukminin sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri, begitu pula dia tidak suka sesuatu yang jelek terjadi terhadap mereka
sebagaimana dia tidak suka hal itu terjadi pada dirinya. Jika dia melihat ada
kekurangan dalam masalah agama pada saudaranya se-iman maka dia berupaya dengan
serius untuk sedapat mungkin memperbaikinya. Oleh karena itu, seyogyanya dia
mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana dia mencintai kebaikan itu
untuk dirinya sendiri. Sebab, antara dirinya dengan orang lain adalah satu
jiwa, sebagaimana diebutkan pada hadits yang lain, “Orang beiman itu laksana
satu tubuh; jika ada salah satu organ tubuh yang mengaduh maka seluruh anggota
tubuhnya turut merasakan demam dan tidak bisa tidur.” (Muttafaq ‘alaih)
Muslimah yang
tulus yang benar-benar menyukai saudaranya melebihi dirinya sendiri, maka ia
tidak lupa berdoa untuk saudaranya dalam ketiadaannya. Dengan menjadikan Islam
sebagai identitas utama kita untuk mencintai saudara seiman atas dasar
kepatuhan kepada Allah ta’ala adalah satu-satunya hal yang akan
menyelamatkan kita di hari Kebangkitan kelak. Wallahu’alam.
Referensi:
Fathul Bari’,
Zainudin Abi Al-Faraj bin Rajab Al-Hanbali, 1/45
Shahih Muslim,
An-Nawawi, 8/384
Syarh Hadits
Arba’in, Imam An-Nawawi, 177
Tidak ada komentar:
Posting Komentar