[google37929ada0511e260.html] Alfath Cuing-Cincau℠: Juni 2016 [google37929ada0511e260.html]

Rabu, 15 Juni 2016

Teman KOST yang Tak Tahu Siapa

Menjadi seorang yang ingin sesuai hasrat adalah fitrohnya manusia yang tergoda badai. Aku memang mengharapkan sebuah kost luas saat awal kuliah. Karena kini tempat itu sudah tak terurus menjadi suatu yang ill feel bagiku untuk meliriknya. Awal semester akhir ini, aku harus pindah ke tempat angker itu. Aaaaaaarrrrraaaaggggghhhhhh…

Akan hal ini, memang tak boleh kita kufur. Karena semua yang diberikan-Nya adalah nikmat. Untuk kesekian kali dalam hal kesendirian ini, aku harus kembali sendiri menghadapi ujian dalam kost. Penghidupannya seorang mahasiswa perantau. Bukan karena hidup sendiri berarti tidur sendiri. Tapi, tak ada lagi teman karib yang dulu menemani. Kini, harus menghadapi orang baru dalam kost baru yang ………………… tak tahu siapa.

Yang harus dilaksanakan bukanlah karena duniawi. Cobalah terima karena ukhrawi, keikhlasan atas dasar keimanan. Inilah ujian menjadi mahasiswa yang harus pindah-pindah kost demi kesejahteraan.

Karena tak ada kehidupan pohon tanpa rumput rindang disekelilingnya. Tanpa ada burung yang singgah di rantingnya. Tanpa kupu-kupu yang menghisap saripati buahnya. Juga tanpa kehidupan manusia yang berteduh di batangnya. Itulah kehidupan yang didasari cinta. Saling melengkapi satu sama lainnya.

Malam Berkah Ramadhan Sebelum Mudik

Saat Ka Adib dari Riau berwasiat sebelum mudik. Tak kalah juga Bang Ari dari Sulawesi Selatan, memberi semangat dan hamassah. Mas Aziiz dari Magetan juga ikut mendukung apa yang akan menjadi target di kampus kuno ini. Dan yang terakhir, si mas dari Semarang, Mas Yai yang mengelus bahu tanda agar tetap terus maju menghadapi.

Mereka memang tak pernah tahu siapa gerangan seorang diri si Al, kembaran yang tak diakui sertifikatnya oleh si Han. Ketika Al mengaduhkan sebenarnya, ia pun menitiskan air hujan dari langit kelopak kehidupan. Yang membuat Mas dan Abang-abang terharu atasnya.

Bukan itu yang diinginkan dari seorang Al, karena ia tak mau ketahuan aslinya yang akan ia lakukan pada kampus kuno. Namun, atas desakan yang terjadi ia pun menceritakan siapa gerangan aslinya.

Ingin menjadi manusia sukses itu tak hidup menyendiri lantas sukses. Karena manusia makhluk social biasa disebutnya, maka taka akan jauh hidupnya dengan sesama makhluknya. Dalam hidup perkuliahan, tak semua jalan kampus kuno mulus. Karena masih ada jalan bebatuan terjal saat menelusuri jalan samping sungai Bengawan Solo. Begitu pun dengan kuliah, tak semua mahasiswa dapat melaksanakan tugas dosen juga tak semuanya dapat hidup berdampingan tanpa adanya sebuah jalinan komunikasi.

Manusia dalam kategorinya ada dua hal, ahli syurga atau ahli naar. Itulah dari sekian golongan mahasiswa yang ada akan termasuk padanya. Namun, cita-cita kita selalu tinggi, karena kita mahasiswa yang tinggi dengan impian. Yaitu menjadi ahli syurga.

Lantas, mengapa ketika hal sepele terjadi pada diri mahasiswa masih saja mengeluh? Katanya mahasiswa, kok gitu ajha ngeluh.? Salam spirit ukhuwah dari mahasiswa kampus Kuno untuk para kakak-kakak di kampus sebrang, Baky. Karena kalian akan menjadi salah satu bintang impian bulan yang berada di sini. Salam semangat mahasiswa!

Inilah malam berkah Ramadhan bagi pemudik dan perantau. Sebelum gerbang kehidupan mudik terbuka resmi, malam ini menjadi malam saling mengingatkan memberi motivasi. Itulah unik dan rahmat yang ada pada kampus Kuno. Tetap jaga ibadah selama bulan Ramadhan hingga maut sampai kuburan. Semangat, horas! Sugeng Rahayu... Barakallahu fiikum...

Sabtu, 11 Juni 2016

Yang Di Rindu Adik Bungsu


Sebagai mahasiswa perantau tak sejatinya ia lupa akan tanah air. Menjadi sosok yang di rindu sekeluarga adalah moment yang membahagiakan. Karena tak selama kita di rindu karena kebaikan. Kadang juga karena keburukan.

Inilah yang dirindu si bungsu di rumah, sebagai si sulung yang hidup jauh sendiri merana merona. Harus rela dirindu setiap gagang telpon berbunyi kapan pulang. Walau hidup pelosok di negri batik juga jawa. Sinyal telkomsel yang hidup tak sepadan dengan kuno juga terpencilnya. Maka tetaplah terdengar suara rindu-rindu orang serumah.

Yang aneh, suara si bungsu. Bukan rindu akan diri. Namun rindu dengan satu yang menjadi modal usahanya. Si laptop, aku mau nonton. Kapan pulang? Ini sudah tarawih. Tiba ramadhan katanya mudik. Hari apa. Itulah janji yang ia tagih hingga hari ini. Hari ini jum’at, sudah ramadhan. Lantas, jumat kapan? Lupa akan jumat yang banyak. Seminggu lagi mudik dek, sabar thow. Dengan gaya bahasa kenegaraan batik sebagai alasan untuk melerai tagihan si bungsu.

Inilah satu yang di rindu si bungsu. :-)